Posted: 17 March, 2015 Print

Pentingnya "Data Center" untuk Aktivitas Virtual

Written by Administrator

rak server 1Dewasa ini penggunaan internet bagai aktivitas pokok yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Mulai berkirim email, komunikasi melalui mobile phone, media sosial, transaksi perbankan, dan sebagainya dilakukan lewat internet.
 
Dengan internet saat ini semua memang serba mudah. Namun, pernahkah terpikir ada badan yang mengelola aktivitas virtual sehingga percakapan Anda melalui internet tetap tersimpan dengan aman? Bayangkan saja, data tersebut bahkan masih bisa dilihat setelah beberapa tahun kemudian.

Pusat data atau yang biasa disebut data center merupakan lokasi yang aman untuk hosting web server. Data center-lah yang dirancang untuk menjamin bahwa server dan data yang dirumahkan pada lokasi tersebut terlidungi dari risiko kehilangan dan pelanggaran keamanan. Ada beberapa fakta mengenai data center yang penting diketahui.
 
Pentingnya data center di era "big data"
 
Aktivitas virtual yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia memerlukan data center sebagai penjamin keamanan. Bayangkan, dengan adanya pusat data, data yang disimpan dan diunggah dapat diakses di mana dan kapan saja tanpa khawatir akan hilang ditelan zaman. Selain itu, peran data center juga penting bagi aktivitas lain seperti, sistem dalam mesin ATM, e-commerce dan banyak lagi. Tak banyak yang tahu, bahwa semua aktivitas itu diolah dan terekam di dalam beberapa server di suatu lokasi bernama data center.

Keberadaan data center menjadi krusial meski kadang tak disadari oleh kita sebagai pengguna. Bayangkan, bila server di Google Mail mendadak mati dan tak berfungsi, bagaimana bisa berkirim email? Contoh lain, bila data center yang menyimpan semua transaksi perbankan mati, tentu sangat mengganggu aktivitas para nasabah, bukan? Nasabah akan kesulitan mengambil atau melakukan transfer uang.
 
Tak mudah mengelola data center
 
switch hub

Mengelola data center tidaklah mudah. Banyak hal dapat menyebabkan perangkat dalam data center menjadi rusak atau terganggu. Suhu ruangan, misalnya. Server, sebagai salah satu perangkat di dalam data center, pada dasarnya mengeluarkan suhu panas sehingga rentan sekali. Apabila terlalu panas, server bisa mati. Sementara itu, suhu yang lembab dapat menyebabkan perangkat di dalamnya mengalami korsleting. Bila terjadi korsleting, perangkat tersebut bisa terbakar. Oleh karena itu, suhu ruangan di dalam data center harus diperhatikan dan dijaga dengan baik.

Adapun ancaman lain yang menyebabkan keberlangsungan (uptime) data center terganggu adalah terputusnya pasokan listrik. Inilah ancaman utama bagi data center, terutama pada negara yang pasokan listriknya kurang baik. Penggunaan generator sebagai back up daya dan Uninterruptible Power Supply (UPS) berfungsi sebagai perangkat yang menahan aliran listrik agar perangkat di data center dapat bertahan sampai generator siap memasok listrik. Server pada data center tidak boleh mati walaupun hanya sebentar. Bila terlanjur mati akan memakan waktu yang lama untuk mulai menghidupkannya (start up) kembali. Dapat dibayangkan, bagi aplikasi kritikal seperti perbankan dan penyedia layanan telekomunikasi, hilang fungsi satu menit karena server mati bisa mengakibatkan kerugian miliaran rupiah. Contoh kasus, bila server yang mencatat data biaya penggunaan telepon mati, maka data penggunaan telepon pelanggan akan tidak terdeteksi.

Data center memerlukan infrastruktur fisik terbaik

Untuk menjaga agar keberlangsungan data center selalu terjaga, diperlukan infrastruktur fisik yang pintar dengan sistem monitoring terpadu. Hal itu berguna untuk memantau dan mencegah segala ancaman yang mengakibatkan matinya perangkat pada data center. Dalam hal ini, Manajemen Infrastruktur Pusat Data atau Data Center Infrastructure Management (DCIM) menjadi penting. Sebagai tambahan, penggunaan software DCIM juga disarankan. Software haruslah berupa aplikasi hasil perpaduan data dari sensor-sensor yang tersebar di seluruh area data center. Dalam perangkat lunak itu akan mencakup data temperatur, data kelembaban, data penggunaan listrik perangkat pada data center, dan banyak lagi. Kondisi dari seluruh area data center dapat termonitor dengan baik dalam satu layar. Dengan demikian, pengelola data center akan diuntungkan dengan efisiensi penggunaan listrik, sebab pengatur sistem pendinginan di dalam area data center akan terjadi secara otomatis.

Seperti diketahui, sistem pendingin pada data center adalah sistem yang memakan listrik paling besar. Dengan pengaturan otomatis melalui software, konsumsi daya listrik dapat dipangkas hingga 30 persen. Efisiensi dalam jangka panjang dapat memangkas biaya yang harus dikeluarkan perusahaan. Tak hanya itu, Peranti lunak DCIM juga dapat membantu pengelola data center untuk menghitung dengan cepat kapasitas data center-nya. Selain menjadi peluang efisiensi biaya, hal tersebut juga mempengaruhi kecepatan tim IT untuk mendukung bisnis. Misalnya, pada bank yang berencana untuk menambahkan service internet banking bagi nasabah. Langkah itu berpengaruh pada meningkatnya data yang akan muncul. Selain itu juga meningkatkan jumlah arsitektur IT, seperti server, storage, dan network yang dibutuhkan.

Pada banyak kasus, biasanya pengelola data center memiliki cadangan kapasitas di dalam pusat data itu, antara lain berupa server, space atau ruangan ataupun hal lain yang sudah disiapkan bila suatu saat bisnis menuntut penambahan aplikasi. Hal ini biasa disebut over provisioning. Pada dasarnya, cadangan kapasitas memakan biaya karena penggunaannya tidak optimal. Dengan menggunakan solusi DCIM, operator data center dengan cepat dapat menemukan kapasitas yang penuh sehingga bisa memberikan rekomendasi untuk menggunakan kapasitas cadangan agar optimal. Dengan begitu, data center dapat digunakan secara efisien dan menghemat biaya IT bagi perusahaan.
 
Sumber : Kompas.com